Gubernur lantas mengasumsikan pekerja sebanyak 200 ribu orang. Setiap satu pekerja yang akan membangun infrastruktur IKN itu minimal memerlukan Rp50 ribu setiap hari untuk makan dan minum. Rinci Gubernur, sarapan Rp10 ribu, makan siang Rp20 ribu dan makan malam Rp20 ribu. Itu pun anggarannya sudah sangat minim. "Rp50 ribu dikali 200.000 pekerja. Berarti sudah Rp10 miliar setiap hari untuk katering saja. Belum yang lain lagi," analisa Gubernur.
Gubernur menambahkan, pemerintah pusat dan Tim Transisi IKN sendiri sudah mulai melakukan pelatihan-pelatihan agar masyarakat bisa terlibat dalam proses ini, termasuk juga pelatihan memasak dan lain-lain. Sebab pekerja IKN nantinya juga akan terdiri dari berbagai skill, mulai skill dasar hingga yang terampil dan ahli.
Jadi harapan Gubernur, sudah semestinya masyarakat lokal lebih aktif dan bersiap meningkatkan kapasitas agar bisa terlibat dalam proses ini sebelum peluang besar itu menguap dan kembali hanya dinikmati pengusaha daerah lain yang jeli melihat kesempatan besar ini.
Jika dilihat lebih dalam lagi, kapasitas rata-rata kemampuan catering-catering besar bisa melayani 2000-5000 orang per/sekali penyajian, artinya diperlukan sekitar 40 perusahaan catering kapasitas besar. Andai perusahaan-perusahaan catering tersebut berasal dari luar sepaku sekalipun maka perlu ada tenaga kerja untuk menyiapkan makanan tersebut hampir 1000 orang pekerja catering.
Untuk itu Rakyat Kaltim harus menyiapkan diri untuk bisa menangkap peluang dari setiap tantangan yang hadir dalam proses pemindahan ibu kota negara. Pasalnya, akan terjadi sirkulasi uang dalam jumlah sangat besar yang akan masuk melalui pintu-pintu Ibu Kota Nusantara (IKN), baik yang bersumber dari APBN maupun swasta umum.
Tahun 2022 hingga 2024 saja pemerintah pusat sudah menyiapkan dana tidak kurang dari Rp43 triliun untuk membangun kawasan inti pusat pemerintahan di IKN, Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sumber : kaltimprov.go.id (sul/ky/adpimprov kaltim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar